Teori-Teori Ekonomi Pembangunan
Nida Afifah
Friday, October 05, 2012
2 Comments
Melalui
hasil pengamatan dan penelitian para ahli terhadap pembangunan ekonomi,
lahir teori-teori yang kemudian menjadi landasan proses pembangunan.
diantaranya;
1. Teori Pertumbuhan Linear
Dasar
pemikiran dari teori pertumbuhan linear ini adalah evolusi proses
pembangunan yang dialami oleh suatu negara selalu melalui
tahapan-tahapan tertentu (Mudrajad, 2003:47).
1.1 Teori Pertumbuhan Adam Smith
Menurut
Adam Smith terdapat dua aspek utama pertumbuhan ekonomi yaitu
pertumbuhan output total dan pertumbuhan penduduk. Pada pertumbuhan
output total terdapat tiga unsur pokok dari sistem produksi suatu negara
ialah sumber daya alam yang tersedia, sumber daya insani dan stok
barang modal yang ada. Menurut Adam Smith, sumber daya alam yang
tersedia merupakan wadah yang paling mendasar dari kegiatan produksi
suatu masyarakat. Jika suatu saat nanti semua sumber daya alam tersebut
telah digunakan secara penuh maka pertumbuhan output pun akan berhenti.
Sedangkan sumber daya insani memiliki peranan yang pasif dalam proses
pertumbuhan output dan stok modal merupakan unsur produksi yang secara
aktif menentukan tingkat output.
Sedangkan
pada pertumbuhan penduduk, jumlah penduduk akan meningkat jika tingkat
upah yang berlaku lebih tinggi dari tingkat upah subsisten yaitu tingkat
upah yang pas-pasan untuk hidup.
Selain itu, Adam Smith dalam pemikirannya membagi pertumbuhan ekonomi menjadi 5 tahap, dimulai dari masa perburuan, masa beternak, masa bercocok tanam, masa perdagangan, dan masa perindustrian.
1.2 Teori Marx
Karl
Marx mengemukakan teorinya berdasar atas sejarah perkembangan
masyarakat dimana perkembangan masyarakat itu melalui 5 tahap yaitu
masyarakat komunal, masyarakat perbudakan, masyarakat feodal, masyarakat
kapitalis dan masyarakat sosialis. Dalam perkembangan perekonomian di masyarakat, Karl Marx membagi menjadi tiga tahapan yaitu feodalisme, kapitalisme, dan sosialisme.
Marx
berpendapat bahwa kemampuan para pengusaha untuk mengakumulasi modal
terletak pada kemampuan mereka dalam memanfaatkan nilai lebih
produktivitas buruh yang dipekerjakan.
1.3 Teori Pertumbuhan Rostow
Rostow
membagi proses perkembangan ekonomi suatu Negara menjadi lima tahap;
(1) perekonomian tradisional (2) prakondisi tinggal landas (3) tinggal
landas (4) menuju kedewasaan, dan (5) konsumsi massa tinggi.
(Mudrajad:2003)
(1) Perekonomian Tradisional
Dalam
suatu masyarakat tradisional, tingkat produktivitas per pekerja masih
rendah, oleh karena itu sebagian besar sumber daya masyarakat digunakan
untuk kegiatan sektor pertanian.
(2) Pra Kondisi Tinggal Landas
Tahap
prasyarat tinggal landas ini didefinisikan Rostow sebagai suatu masa
transisi dimana masyarakat mempersiapkan dirinya untuk mencapai
pertumbuhan atas kekuatan sendiri (self sustained growth)
ciri-ciri dan upayanya:
ciri-ciri dan upayanya:
1. Peningkatan investasi di sektor infrastruktur/prasarana terutama transportasi.
2. Revolusi bidang pertanian untuk memenuhi peningkatan permintaan penduduk.
3. Perluasan impor, termasuk impor modal oleh biaya produksi yang efisien dan pemasaran sumber alam untuk ekspor.
(3) Tinggal landas
Tahap
tinggal landas sebagai suatu revolusi industri yang berhubungan dengan
revolusi metode produksi dan didefinisikan sebagai tiga kondisi yang
saling berkaitan,
(4) Tahap Menuju Kedewasaan
Tahap
menuju kedewasaan ditandai dengan penerapan teknologi modern secara
efektif terhadap sumber daya yang dimiliki. Pada tahap ini terdapat tiga
perubahan yang penting :
a. Tenaga kerja berubah dan tidak terdidik menjadi baik
b. Perubahan watak pengusaha dari pekerja dari keras dan kasar berubah menjadi manajer efisien yang halus dan sopan
c. Masyarakat jenuh terhadap indutrialisasi dan menginginkan perubahan lebih jauh.
(5) Tahap Konsumsi Tinggi
Tahap
konsumsi tinggi merupakan tahap akhir teori pertumbuhan Rostow. Pada
tahap ini ditandai dengan migrasi besar-besaran masyarakat pusat
perkotaan ke pinggiran kota (urbanisasi), akibat dari pusat kota dijadikan sebagai tempat kerja.
2. Teori Perubahan Struktural
Teori
Perubahan Struktural ini menjelaskan pada pembahasan mekanisme
transformasi ekonomi yang dialami oleh Negara sedang berkembang, yang
semulanya bersifat subsisten dan menitikberatkan pada sektor pertanian menuju struktur perekonomian yang lebih modern dan sangat didominasi oleh sektor industri dan jasa (Todaro,1991 : 68).
A. Teori Pembangunan Arthur Lewis
Teori
ini membahas proses pembangunan yang terjadi antara daerah kota dan
desa, yang mengikutsertakan proses urbanisasi yang terjadi di antara
kedua tempat tersebut.
B. Teori Pola Pembangunan Chenery
Teori
Pola Pembangunan Chenery memfokuskan terhadap perubahan struktur dalam
tahapan proses perubahan ekonomi, industri dan struktur institusi dari
perekonomian negara yang sedang berkembang, yang mengalami transformasi
dari pertanian tradisional beralih ke sektor industri sebagai mesin
utama pertumbuhan ekonominya. Menurut Chenery, sejalan dengan
peningkatan pendapatan per kapita, perekonomian suatu negara akan
bergeser dari yang semula mengandalkan sector pertanian menuju ke sector
industry.
DEPEDENSIA, NEOKLASIK (SOLOW-SWAN), ENDOGEN, TEORI-TEORI BARU “(NEW GROWTH TEORY, NGT), (NEW ECONOMIC GEOGRAPHY, NEG), (NEW TRADE TEORY, NTT)”
3. Teori Depedensia
berusaha menjelaskan penyebab keterbelakangan ekonomi yang dialami oleh
NSB. Asumsi dasar teori ini adalah pembagian perekonomian dunia menjadi
dua golongan, yang pertama adalah perekonomian negara-negara maju dan
kedua adalah perekonomian NSB.
Andrea
Gunder Frank menampilkan tiga hipotesis utama yang relevan, yang
berkaitan dengan pola hubungan antara negara maju dan miskin
tersebut ( Arief dan Sasono, 1991: 25-7 ), yaitu:
1. Dalam
struktur metropolis dan satelit seperti di atas, pihak metropolis akan
berkembang dengan pesat sedangkan pihak satelit akan menuju kepada
keterbelakangan yang terus menerus.
2. Negara-
negara miskin yang sekarang menjadi satelit dapat mengalami
perkembangan ekonomi yang sehat dan mampu menumbuhkan perkembangan
industri yang otonom apabila kaitan dengan metropolis dari dunia
kapitalis internasional tidak ada atau sangat lemah.
3. Kawasan-kawasan
yang sekarang sangat terbelakang dan berada dalam situasi yang mirip
dengan situasi dalam sistem feodal adalah kawasan yang ada pada masa
lalu mamiliki kaitan kuat dengan metropolis dari sistem kapitalis
internasional. Kawasan-kawasan ini adalah kawasan penghasil komoditas
ekspor bahan mentah primer yang terlantar sebagai akibat adanya
gelombang konjungtur dalam perdagangan internasional komoditas tersebut.
4. Kaum Neo-Klasik Penentang Revolusi
Dekade 1980-an menandai munculnya teori pembangunan Neo-Klasik yang menjawab sanggahan teori dependensia.
Teori pembangunan Neo-Klasik yang anti terhadap pendekatan revolusioner sering disebut sebagai teori sisi penawaran ( supply side theory ). Teori
ini merekomendasikan swastanisasi BUMN, meningkatkan peran perencanaan
dan penetapan regulasi ekonomi yang menciptakan iklim kondusif bagi
peningkatan peran pihak swasta dalam pembangunan.
Dengan
kata lain, mereka menyatakan bahwa keterbelakangan bukan disebabkan
oleh pengaruh eksternal, tetapi lebih pada pengaruh internal dalam NSB
tersebut. Besarnya derajat campur tangan pemerintah dalam aktivitas
ekonomi, merebaknya korupsi, dan kurangnya intensif ekonomi, serta
kesalahan dalam pengalokasian sumberdaya, merupakan sumber utama
keterbelakangan itu. Dalam teori ini dikemukakan bahwa alokasi sumber
daya yang salah menyebabkan kebijakan penetapan harga menjadi tidak
efektif dan ditambah dengan campur tangan pemerintah yang terlalu besar
dalam perekonomian
5. Teori Pertumbuhan Neoklasik (Solow-Swan)
Menurut
teori Solow-Swan ini, pertumbuhan ekonomi tergantung pada ketersediaan
faktor-faktor produksi (penduduk, tenaga kerja dan akumulasi modal) dan
tingkat kemajuan teknologi, berdasarkan penelitiannya Solow (1956)
menyatakan bahwa peran dari kemajuan teknologi dalam pertumbuhan
ekonomi sangat dominan. Temuan Solow menunjukkan bahwa pertumbuhan
ekonomi AS yang mencapai 2,75 persen pertahun pada periode 1909 sampai
1949, lebih dari setengahnya (1,5 %) merupakan sumbangan dari kemajuan
teknologi, sedangkan sisanya disebabkan oleh pertambahan jumlah
penggunaan faktor produksi.
Pandangan
teori ini didasarkan pada anggapan yang mendasari analisis ekonomi
klasik yaitu bahwa perekonomian berada pada tingkat pengerjaan penuh (full employment)
dan tingkat pemanfaatan penuh dari faktor-faktor produksinya. Dengan
kata lain, perekonomian akan terusber kembang dan semuanya itu
tergantung pada pertumbuhan penduduk, akumulasi kapital, dan kemajuan
teknologi
6. Teori Pertumbuhan Endogen
Model
pertumbuhan endogen ini menyajikan sebuah kerangka teoritis yang lebih
luas dalam menganalisis proses pertumbuhan ekonomi. Teori ini mencoba
untuk mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor yang yang
mempengaruhi proses pertumbuha ekonomi yang berasal dari dalam
(endogeneus) sistem ekonomi itu sendiri
Kemajuan
teknologi dianggap hal yang bersifat endogen., dan pertumbuhan ekonomi
merupakan hasil dari keputusan para pelaku ekonomi dalam berinvesatasi
di bidang ilmu pengetahuan. Selain itu pengertian modal disini bersifat
lebih luas, bukan hanya sekadar modal fisik tetapi juga mencakup modal
insani (human capital).
7. Teori-Teori “Baru”
7.1 Teori Pertumbuhan Baru (NGT)
Teori pertumbuhan baru, yang pada dasarnya merupakan teori pertumbuhan endogen,
memberikan kerangka teoritis untuk menganalisis pertumbuhan endogen
karena menganggap pertumbuhan GNP lebih ditentukan oleh sistem proses
produksi dan bukan berasal dari luar sistem. Berbeda dengan teori
tradisional neoklasik yang menganggap pertumbuhan GNP sebagai akibat
dari keseimbangan jangka panjang. Motivasi dasar dari teori NGT adalah
menjelaskan perbedaan tingkat pertumbuhan antarnegara dan proporsi yang
lebih besar dari pertumbuhan yang diamati.
7.2 Teori Geografi Ekonomi Baru (NEG)
Salah
satu sumbangan yang paling penting teori neo klasik adalah pengenalan
terhadap keuntungan-keuntungan aglomerasi (Preer, 1992:34). Pelopor
teori neo klasik mengajukan argumentasi bahwa aglomerasi muncul dari
perilaku para pelaku ekonomi dalam mencari penghematan aglomerasi, baik
penghematan lokalisasi maupun urbanisasi.
Sebagaimana diidentifikasi oleh Krugman : Pertama, lokasi kegiatan ekonomi dalam suatu negara merupakan topik yang penting dengan sendirinya.... kedua, garis antara ilmu ekonomi internasional dengan ilmu ekonomi regional menjadi semakin kabur... ketiga,
alasan yang paling penting untuk melihat kembali geografi ekonomi
adalah laboratorium intelektual dan empiris yang disediakannya (Krugman,
1991:8).
7.3 Teori Perdagangan Baru (NTT)
Teori
keunggulan komparatif mengajukan dalil bahwa : (1) negara berdagang
untuk memperoleh keuntungan dari perbedaan sumber daya alam yang mereka
miliki; (2) daerah akan berspesialisasi berdasarkan keunggulan
komparatif yang mereka miliki.
Daftar Pustaka :
1. Mustofa, Chabib. 2007. Diktat Perkuliahan Studi Pembangunan. Surabaya: IAIN Sunnan Ampel Surabaya.
2. Kuncoro, Mudrajad. 2003. Ekonomi Pembangunan. Yogyakarta: LPP AMP YPKN.
3. Todaro, Michael. Pembangunan Ekonomi. Jakarta: Erlangga
4. Arsyad, Lincolin. 2004. Ekonomi Pembangunan, cetakan ke-2, Yogyakarta: Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN.
5. Irawan, dan Suparmoko. 1981. Ekonomi Pembangunan, edisi ketiga, Bagian Penerbitan Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada.
6. Kuncoro, Mudrajad. 2010. Dasar-Dasar Ekonomika Pembangunan, Yogyakarta:UPP STIM YKPN